Tiba di Manggarai dan Sekolah Penempatan
Catatan ini berdasarkan catatan harian saya
Jumat, 16 Desember 2011
Hari itu masih ingat bagaimana dinginnya kota Ruteng. Pagi-pagi sudah antri
mandi. Jujur air di sana adalah air terdingin yang pernah buat mandi saya.
Sangat dingin, seperti es yang mencair.
Itu adalah pagi pertama saya di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Suasana
pagi yang dingin di sambut mentari yang cukup menghangatkan badan saat itu.
Pemandangan alam di sekitar penginapan yang luar biasa juga menambah semangat
Pernah makan nasi merah?
Ya, saat itu saya pertama kali makan nasi merah. Pasti ini saya yang kampungan, karena tidak pernah
makan nasi merah. Tapi tak apalah, bagaimana dengan kamu, pernah/tidak?
Katanya sih nasi merah merupakan tradisi penghormatan orang sana untuk
menjamu para tamu. Rasanya sedikit aneh buat saya, apalagi dengan rempah-rempah
yang terasa asing di lidah saya. Sarapan yang lumayan berkesan sampai sekarang.
Oh iya, malam itu saya menginap di sebuah tempat, tapi saya lupa. Mau sebut
takut salah.
***
Koper sudah saya siapkan, mobil angkot kami sudah menunggu di sekitar area
penginapan. Sayang sekali hujan cukup deras membasahi kami mengangkat koper
menuju angkot. Cuaca cepat sekali berubah. Tapi mau apa di kata, dengan penuh
semangat saya bawa koper dan mencari tempat duduk yang masih kosong.
Perasaan mulai tambah deg-degan lagi kala angkot membawa rombonganku menuju
dinas PPO Kabupaten Manggarai, NTT.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya kami sampai di gedung dinas
PPO. Beberapa saat setelah kami terkumpul semua, acara penyambutan SM3T dari
Semarang pun di mulai.
Setelah beberapa sambutan disampaikan, pembagian sekolah mengajar di
umumkan. Saya kebagian mengajar di SD Negeri Ojang, kec Reok. Pikiranpun mulai
tambah kacau, saat itu saya berpikir tentang daerah tempat saya mengajar.
Pikiran utama saya adalah tentang fasilitas yang ada di tempat saya mengajar,
mulai dari dimana saya menginap, bagaimana mendapatkan makanan, listrik, air,
maupun transportasi.
Kekacauan itu saya bohongi dengan rasa optimis dan pikiran niat saya (ke
sana untuk apa-”mengabdi”). Meskipun
rasa was-was tak bisa di bohongi.
Hari sudah menjelang sore, hampir setiap peserta sudah di jemput oleh
masing-masing perwakilan sekolah mereka. Akan tetapi saya belum ada yang menjemput.
Pikiran tambah kacau lagi. Akhirnya saya dan rekan saya (Pak Suko-juga belum
ada yang jemput) ikut mobil rekan kami yang se-kecamatan.
Hari menjelang malam ketika kami tiba di Kecamatan Reok, kami (saya dan pak
Suko) menginap di kepala UPTD (Bapak Hubertus) selama dua malam.
*****
NB = Terima kasih Pak Hubertus yang sudah menerima kami dengan baik, itu
tak akan kami lupakan.
Comments
Post a Comment
Thanx for comment